MY BLOG

Sabtu, 09 April 2016

Tulisan 2 - Analisis Rasio Lapora Keuangan



    Dalam artikel sebelumnya, saya menjelaskan tentang pengertian Analisis Rasio Keuangan beserta jenis dan contoh kasus nya. Namun di bawah ini saya akan menjelaskan bagaimana sih metode perhitungan rasio-rasio keuangan? Berikut penjelasan nya serta apa keterbatasan rasio keuangan…


RASIO
METODE PERHITUNGAN
INTERPRESTASI
RASIO LIKUIDITAS
  1. Current ratio
Aktiva Lancar : Utang Lancar
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
  1. Cash ratio
(Kas + Efek) : Utang Lancar
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
  1. Quick ratio
(Kas+Efek+Piutang) : Utang Lancar
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets).
  1. Working capital to total assets ratio
(Aktiva Lancar-Utang Lancar) : Jumlah Aktiva
Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (neto).
RASIO LEVERAGE
  1. Total debt to Equity ratio
(Utang Lancar+Utang JK PJ) : Jumlah Modal Sendiri
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang.
  1. Total debt to total capital Assets
(Utang Lancar+Utang JK PJ) : Jumlah Modal/Aktiva
Beberapa dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang.
Atau
Berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
  1. Long term debt to Equity ratio
Utang JK PJ : Modal Sendiri
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang.
  1. Tangible assets debt coverage
(Jml Aktiva-Intangibles-Utang Lancar) : Utang JK PJ
Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya.
  1. Times interest earned raatio
EBIT : Bunga Utang JK PJ
Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
RASIO AKTIVITAS
  1. Total assets turnover
Penjualan Netto : Jumlah Aktiva
Kemampuan dana yang tertanan dalam keseluruhan aktiva berputer dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan “revenue”.
  1. Receivable turnover
Penjualan Kredit : Piutang Rata-rata
Kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
  1. Average collection periode
(Piutang Rata-rata X 360) : Penjualan Kredit
Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
  1. Inventory turnover
HPP : Inventory Rata-rata
Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya “overstock”
  1. Average day’s inventory
(Inventory Rata-rata X 360) : HPP
Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang berada di gudang.
  1. Working capital turnover
Penjualan Netto : (Aktiva Lancar – Utang Lancar)
Kemampuan modal kerja(neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
RASIO KEUNTUNGAN/PROFITABILITAS
  1. Gross profit margin
(Penjualan Netto – HPP) : Penjualan Netto
Laba bruto per rupiah penjualan.
  1. Operating income ratio
(Penjualan Netto – HPP – Biaya Adm, Penjualan, Umum) : Penjualan Netto
Laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
  1. Operating ratio
(HPP + Biaya adm, Penjualan, Umum) : Penjualan Netto
Biaya operasi per rupiah penjualan.
  1. Net profit margin
Laba Netto sesudah pajak : Penjualan Netto
Keuntungan netto per rupiah penjualan.
  1. Earning power of total investment
EBIT : Jumlah Aktiva
Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
  1. Net earning power ratio
Laba Netto sesudah pajak : Jumlah Aktiva
Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
  1. Rate or return for the owners
Laba Netto sesudah pajak : Jumlah Modal Sendiri
Kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

KETERBATASAN ANALISIS RASIO KEUANGAN
  1. Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsirannya dan bahkan dapat dimanipulasi.
  2. Seorang manajer keuangan harus berhati – hati dalam penilaian apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk dalam penilaian gabungan tentang sebuah perusahaan, berdasarkan suatu kumpulan rasio – rasio.
  3. Kecocokan dengan rasio gabungan industri bukan suatu jaminan bahwa perusahaan tersebut sedang berjalan normal dan dipimpin dengan baik.
  4. Dalam menganalisis setiap rasio, angka – angka yang diperoleh dan perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio tersebut akan berarti bila setidaknya satu dari dua hal ini dipenuhi 1)Adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang hampir sama; 2)Adanya analisis kecenderungan (trend) dari setiap rasio pada tahun – tahun sebelumnya.
  5. Pencapaian target sesuai dengan rata rata industri tidak menunjukkan kinerja perusahaan  yang baik. Kebanyakan perusahaan justru menginginkan tingkat yang lebih baik dari rata – rata industri. Oleh karena itu lebih tepat jika difokuskan pada industry leader’s ratios..

Tugas Softskill - Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan



1.     Pengertian


Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu.
Menurut Irawati (2005 : 22) rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu  , ataupun hasil-hasil usaha dari suatau perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi.

2.     Jenis-Jenis Rasio Keuangan  
Menurut Rahardjo (2007 : 104) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu :  
  • Rasio Likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.  
  • Rasio Solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.  
  • Rasio Aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan tingkat efektifitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.  
  • Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (profitability ratios), yang menunjukka tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan atau aktiva. 
  • Rasio Investasi (investment ratios), yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi.
3.     Contoh Kasus Rasio Keuangan

A.     Rasio Profit Margin On Sales


Rasio Profit Margin on Sales—atau sering disebut “Return on Sales” (ROS)—adalah angka perbandingan antara Laba Bersih (Net Profit) dengan Penjualan Netto (Net Sales). Sehingga formulanya:
1.      Rasio Profit Margin On Sales = Laba Bersih / Penjualan Netto
Dalam kasus PT. JAK, dengan menggunakan Laporan Laba/Rugi di atas, menjadi:
Rasio Profit Margin on Sales = Rp 979,000,000 / 10,907,000,000 = 9%

Artinya apa?

Interpretasi: Untuk setiap Rp 1 dari penjualan netto yang dihasilkan, laba bersih yang tersisa hanya Rp 0.09. Sedangkan yang Rp 0.91 habis untuk menutup HPP, biaya operasional dan pajak. Dengan kata lain, dari total penjualan netto yang dihasilkan, PT JAK hanya menyisakan 9% laba bersih. Sedangkan 91% nya habis untuk menutup HPP, Biaya Operasional dan Pajak.

·        Bagaimana solusinya?

           Sama seperti rasio sebelumnya—relatif, tergantung berapa benchmark untuk bidang usaha sejenis. Sebagai ilustrasi, katakanlah benchmark Rasio Profit Margin On Sales untuk bidang usaha sejenis adalah 20% sementara Rasio nya JAK kurang dari separuhnya (hanya 9%). Artinya ini sejalan dengan Rasio Gross Margin on Sales-nya yang juga rendah. Hanya saja ruang penelusuran menjadi lebih luas karena bisa jadi inefisiensi terkjadi juga di wilayah biaya operasional.

B. Current Ratio


Seperti namanya, mengukur tingkat likuiditas dengan “current ratio” artinya anda membandingkan antara “current asset” (=aset lancar) dengan “current liabilities” (=liabilitas lancar). Sehingga formulanya:

Current Ratio = Aset Lancar / Utang Lancar
Pada Neraca PT. JAK di atas, total nilai Aset Lancarnya adalah Rp 2,428,000,000. Sedangkan total nilai Utang Lancarnya Rp 4,020,000,000. Sehingga:
Current Ratio PT. JAK = 2,428,000,000/Rp 4,020,000,000 = 0.60

Catatan: Contoh Neraca di atas sangat sederhana, item aset lancar dan utang lancar yang tercantum sangat sedikit. Pada kenyataannya bisa sangat banyak. Namun intinya, aset yang diperkirakan bisa dikonversikan menjadi kas dalam jangka pendek sudah masuk ke dalam kelompok aset lancar. Di sisi lainnya, kewajiban apapun yang akan jatuh tempo dan harus dibayar dalam jangka pendek tergolong utang lancar. Dan, “jangka pendek” di sini maksudnya maksimal 1 tahun buku.
Jadi, current ratio PT JAK = 0.60 (bisa juga dibaca “60 persen”). Apa artinya?
Bagaimana Solusinya?

Ini skor rasio yang tak sehat. Jikapun semua aset lancar bisa “dicairkan” menjadi kas (dijual misalnya), PT JAK saat ini hanya punya Rp 0.60 untuk membayar setiap Rp 1 utang lancarnya yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun buku. Atau, bisa dikatakan, hasi penjualan seluruh aset lancar PT JAK hanya mampu menutup 60 persen dari total utang lancarnya yang akan jatuh tempo dalam jangka pendek.
Tidak ada satu angka pasti untuk ini. Sangat tergantung pada kepentingan. Umumnya, current ratio yang ideal—setidaknya menurut bank dan lembaga keuangan yang biasa menydiakan fasilitas kredit—ada pada kisaran antara 2.00 hingga 3.00 (=200 hingga 300%). Rasio minimal yang bisa diterima ada pada kisaran antara 1 hingga 1.5 (=antara 100 hingga 150%.) Bagi manajemen perusahaan, ideal tak idealanya rasio likuiditas tergantung target yang hanya mereka sendirilah yang paling tahu. Jika targetnya memang hanya 0.60 (karena tahun sebelumnya hanya 0.40 misalnya) berarti tujuan tercapai.
Yang pasti jangan berpikir makin likuid perusahaan makin bagus. Sebab sangat mungkin lukuiditas yang tinggi justru mencerminkan pengelolaan kas yang buruk (perusahaan hanya cari aman sementara membiarkan peluang bisnis bagus lewat begitu saja).

SOLUSI…

PT JAK dalam kondisi kekurangan likuiditas. Yang bisa dilakukan oleh PT JAK adalah sbb:
  • Berupaya untuk menghindari berbelanja tunai; pilah-pilah vendor mana yang menyediakan kredit (tanpa menaikkan harga) dan mana yang tidak.
  • Menegosiasikan utang yang segera akan jatuh tempo, minta penundaan pembayaran khususnya kepada pemasok kebutuhan yang sifatnya tak rutin.
  • Jika tahun lalu sudah, tahun ini mungkin tidak bayar dividend. Kalau terpaksa, bisa bayar dividend dengan saham.
  • Jangan ada alokasi budget untuk Aset Tetap. Jika terlanjur ada, buat revisi budget.
  • Bagaimanapun juga, coba lihat satu kwartal ke depan; apakah rasio ini bisa diperbaiki atau tidak. Jika iya, penggunaan kas bisa dinormalkan. Jika tidak, maka harus diperketat.
Sumber :
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2014/04/menghitung-dan-menginterpretasikan-rasio-laporan-keuangan/
http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-analisis-rasio-keuangan-dan.html