MY BLOG

Senin, 22 Juni 2015

Kompetensi Inti dan Strategi Pesaing dalam Kewirausahaan



Untuk sebuah usaha yang sukses, tidak mungkin apabila tidak adanya pesaing usaha. Setiap usaha apapun pasti memiliki pesaing, dan kadang pesaing itu membuat wirausahawan menjadi takut usahanya tersaingi, tidak laku atau bahkan bankrut. Pesaing usaha bukanlah akhir dari usaha kita, pesaing usaha juga bisa bernilai positif bagi usaha kita seperti  kita bisa terpacu untuk membuat sesuatu yang inovatif sehingga kita lebih unggul daripada pesaing kita
Para wirausahawan harus memiliki kompetensi yang menonjol yang bisa membedakannya dengan orang lain. Setelah memiliki kompetensi, wirausahawan harus menyusun strategi-strategi untuk menjalankan bisnisnya. Ketika kompetensi yang dimiliki bersinergi baik dengan strategi yang dijalankan, di saat itulah wirausahawan dapat tetap bertahan di tengah perubahan pasar yang sangat signifikan. Jika tidak memiliki hal tersebut bisa dikatakan usaha yang dirintis akan tenggelam begitu saja.
  Menurut Collin Montgomery (1998 : 5), strategi perusahaan adalah cara-cara perusahaan menciptakan nilai melalui konfigurasi dan koordinasi aktivitas multipemasaran.
Meskipun dalam manajemen perusahaan modern seperti sekarang ini telah terjadi pergeseran strategi, yaitu dari strategi memaksimalkan keuntungan pemegang saham (mencari laba perusahaan) menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang berkepentingan dalam perusahaan (stakeholder), yaitu individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan, seperti karyawan, manajemen, pembeli, masyarakat, pemasok, distributor dan pemerintah. Akan tetapi, konsep laba tidak bisa dikesampingkan dan merupakan alat yang penting bagi perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi para pemilik kepentingan.
    Salah satu tugas manajemen strategis adalah menciptakan laba yang bisa dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi pemilik kepentingan.
    Menurut Albert Widjaja (1993), laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis bagi perusahaan dan menjadi ukuran keberhasilan, tetapi bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan.
Perusahaan bisa memperoleh keuntungan bila :
-          Memiliki keunggulan yang unik
-          Tercipta dari penemuan yang dilakukan para wirausaha
-          Dihasilkan dari proses kreatif yang dinamis
-          Menciptakan daya saing khusus

Menurut teori strategi dinamis dari Porter (1991), suatu perusahaan dapat mencapai keberhasilan bila tiga kondisi dipenuhi, yaitu:
Pertama, tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (seperti produksi dan pemasaran) harus secara kolektif memperlihatkan posisi terkuat di pasar.
Kedua, tujuan dan kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan, serta diperbaharui terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan eksternal.
Ketiga, perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan, misalnya dengan “reputasi merek” dan biaya produksi yang rendah. Bila kompetensi khusus ini tidak diubah, maka tingkat keuntungan perusahaan bisa menurun.
Oleh sebab itu, menurut Mintzberg (1990) dalam teori “design school”, perusahaan harus mendesain strategi perusahaan yang cocok antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman pada pilihan alternatif dari “strategi besar” (grand strategy), kemudian didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari pengelolaan sumber daya perusahaan.
Gery Hamel dan C.K. Parahalad dalam karyanya “Competing for The Future” (1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti (core competency) sebagai berikut:
1)                  Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam serangkaian produk atau jasa.
2)                  Kompetensi adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki perusahaan untuk dapat bersaing.
3)                  Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
4)                  Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan bersaing dan memberikan konstribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.

Menurut Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan krisis eksternal, perusahaan kecil dapat menggunakan teori “strategi berbasis sumber daya” (resource-based strategy). Teori ini mengutamakan pengembangan kapabilitas internal yang unggul, tidak transparan, sukar ditiru oleh pesaing, memberi daya saing jangka panjang yang melebihi tuntutan pasar saat ini, dan kebal terhadap resesi.
Menurut teori ini, perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber daya yang lebih baik, yaitu dengan:
1.                   Pola organisasi dan administrasi yang baik
2.                   Perpaduan aset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dan alam, serta aset tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif (Penrose, 1995) dan keterampilan manajerial.
3.                   Budaya perusahaan
4.                   Proses kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru.

Baik teori strategi dinamis maupun strategi berbasis sumber daya kelihatanya sangat relevan bila diterapkan dalam pembangunan dan pengembangan perusahaan kecil di Indonesia yang dihadapkan pada persaingan bebas dan krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti saat ini.
Menurut Grant (1991) yang dikutip oleh Albert Wijaya (1994), terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi berbasis sumber daya, diantaranya:
1.                  Mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya. Sumber daya tersebut berupa :
a)      Teknologi
b)      Kapabilitas karyawan
c)      Paten dan merek
d)     Kemampuan keuangan
e)      Kecanggihan pemasaran
f)       Pelayanan pelanggan  
Lebih lanjut, sumber daya tersebut diklasifikasikan menjadi:
a)      Sumber daya finansial
b)      Sumber daya fisik
c)      Sumber daya manusia
d)     Sumber daya teknologi
e)      Sumber daya reputasi organisasi

STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN

Dalam konsep strategi pemasaran terdapat istilah bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4P, yaitu:
1)               Product (barang dan jasa)
2)               Price (harga)
3)               Place (tempat)
4)               Promotion (promosi)
Dalam kewirausahaan, 4P tersebut ditambahkan satu P, yaitu Probe (penelitian dan pengembangan) sehingga menjadi 5P. Dalam riset pemasaran, Probe selalu ditambahkan di awal sehingga urutan bauran pemasaran menjadi:
1)                  Probe (penelitian dan pengembangan)
2)                  Product (barang dan jasa)
3)                  Price (harga)
4)                  Place (tempat)
5)                  Promotion (promosi)
Dalam manajemen strategis yang baru, Mintzberg mengemukakan 5P yang sama artinya dengan strategi yaitu:

-          Strategi adalah Perencanaan
Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan. Akan tetapi, tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan. Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya.

-          Strategi adalah Pola
Starategi adalah pola, yang selanjutnya disebut sebagai intended strategy, karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut juga sebagai realized strategy karena telah dilakukan oleh perusahaan.

-          Strategi adalah Posisi
Artinya memosisikan produk tertentu ke pasar tertentu yang di tuju. Strategi menurut Mintzberg cenderung melihat ke bawah, yaitu ke suatu titik bidik dimana produk tertentu bertemu dengan pelanggan, dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai aspek lingkungan eksternal.

-          Strategi adalah Perspektif
Strategi perspektif cenderung lebih melihat ke dalam, yaitu ke dalam organisasi, dan ke atas, yaitu melihat visi utama dari perusahaan.

-          Strategi adalah Permainan
Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya lawan atau pesaing.

Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori yaitu:

1.                  Teori Strategi Generik dan Keunggulan Bersaing

Michael P. Porter (1997 dan 1998) mengungkapkan beberapa strategi yang dapat  digunakan perusahaan untuk dapat bersaing, yaitu:
1)                  Persaingan merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Hal ini berarti bahwa keberhasilan atau kegagalan bergantung pada keberanian perusahan untuk dapat bersaing. Strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat keuntungan dan posisi yang langgeng ketika menghadapi persaingan.
2)                  Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh perusahaan bagi pelanggan atau pembeli. Keunggulan bersaing menggambarkan cara perusahaan memilih dan mengimplementasikan strategi generik (biaya rendah, diferensiasi, dan fokus) untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing.
3)                  Ada dua jenis dasar keunggulan bersaing, yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Semua keunggulan bersaing ini berasal dari struktur industri. Perusahan yang berhasil dengan strategi biaya rendah memiliki kemampuan dalam mendesain produk dan pasar yang lebih efisien dibandingkan pesaing. Sedangkan diferensiasi adalah kemampuan uuntuk menghasilkan barang dan jasa unik serta memililki nilai lebih (superior value) bagi pembeli dalam bentuk kualitas produk, sifat-sifat khusus, dan pelayanan lainnya.
4)                  Kedua jenis dasar keunggulan bersaing di atas menghasilkan tiga strategi generik (Porter, 1997: 11-13), yaitu:
a)      Biaya rendah
b)      Diferensiasi
c)      Fokus
Strategi fokus memiliki dua variabel utama, yaitu:
a)      Fokus biaya
b)      Fokus diferensiasi

2.                  Strategi The New ‘7-S’s (D’Aveni)

Richard A. D’Aveni (1994: 253) mengemukakan suatu ide dasar bahwa perusahaan harus menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti, pengetahuan, dan keunikan aset tidak berwujud untuk menciptakan keunggulan. Oleh karena itu, D’Aveni mengajukan tujuh kunci keberhasilan perusahaan dalam lingkungan persaingan yang sangat dinamis yang dikenal dengan The New 7-S’s”.
Konsep “The New 7-S’s” ini meliputi pokok-pokok dasar sebagai berikut:

1)                  Superior stakeholder satisfaction
Bertujuan memberikan kepuasan yang istimewa kepada orang-orang yang berkepentingan terhadap perusahaan, tidak hanya pemegang saham, namun juga pemasok, karyawan, manajer, konsumen, pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.




2)                  Soothsaying
Adalah strategi yang berfokus pada sasaran, artinya perusahaan harus mencari posisi yang tepat bagi produk dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
3)                  Positioning for speed
Adalah strategi dalam memosisikan perusahaan secara cepat di pasar. Perusahaan harus segera mengomunikasikan produk yang dihasilkannya ke pasar agar segera dikenal konsumen.
4)                  Positioning for surprise
Adalah membuat posisi yang mencengangkan melalui barang dan jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah baru sehingga konsumen lebih menyukai barang dan jasa yang diciptakan perusahaan.
5)                  Shifting the role of the game
Adalah mengubah pola-pola persaingan perusahaan yang dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan pola-pola baru yang berbeda.
6)                  Signaling strategic intent
Adalah mengutamakan perasaan. Kedekatan dengan para karyawan, relasi, dan konsumen merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
7)                  Simultanous and sequential strategic thrusts
Adalah mengembangkan faktor-faktor pendorong atau penggerak strategi secara simultan dan berurutan melalui penciptaan barang dan jasa yang selalu memberi kepuasan kepada konsumen.




Kunci utama dari The New 7-S’s adalah menggunakan inisiatif untuk merebut persaingan. Menurut D Aveni, The New 7-S’s menyangkut penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda untuk masa yang akan datang. Strategi ini dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis yang dimilki oleh pesaing.  D’Aveni, mengelompokkan New 7-S’s di atas menjadi tiga kelompok yang sangat efektif untuk mengganggu pasar serta meliputi visi, kemampuan, dan taktik. Kerangka kerja The New 7-S’s berdasar pada strategi penemuan dan pengembangan keunggulan melalui gangguan pasar, bukan berdasarkan keunggulan yang berkesinambungan dan keseimbangan yang sempurna. Tujuan dari The New 7-S’s adalah menciptakan gangguan melalui penciptaaan keunggulan-keunggulan baru yang berkesinambungan.