MY BLOG

Jumat, 29 April 2016

SOFTSKILL : ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS, MODAL KERJA DAN BEP



ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

1.  Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas
    Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut.
2.   Sumber Kas
    Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.

Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:
a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.

3.   Penggunaan Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut.
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang


MODAL KERJA

Modal kerja (working capital) adalah modal yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari.

  Ada 3 konsep /definisi modal kerja : 

           1.  Konsep kwantitatif
Konsep ini menitik beratkan pada jumlah yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jmlah aktiva lancar (gross working  capital)

·          Total modal kerja=total aktiva lancar 

     2. Konsep kwalitatif
Konssep ini menitik beratkan pada kwalitas modal kerja. Dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek. Definisi ini menunjukan margin of protection atau tingkat keamanan dari kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi perusahaan di masa datang.

* Modal kerja= total AL – total HL 

     3. Konsep fungsional 
Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Semua dana yang dimiliki perusahaan pada dasarnya digunakan untuk menghasilka pendapatan tetapi tidak semuanya dana itu menghasilkan laba periode ini (current income)

Macam-macam Modal Kerja
Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menurut Bambang Riyanto, dalam bukunya Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan tahun 2001 sebagai berikut :


a.    Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)


Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan atau dengan kata lain jumlah modal kerja itu harus tetap ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan modal kerja tersebut secara terus menerus selalu diperlukan untuk kelancaran usaha dalam suatu periode akuntansi.


Modal Kerja Permanen terbagi menjadi 2, yaitu:


1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya.


2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja yang digunakan untuk dapat menyelenggarakan luas produksi yang normal. Normal disini mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaannya. Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata per bulannya mempunyai produksi 1000 unit. Apabila kemudian ternyata 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi rata-rata per bulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya disinipun berubah menjadi 2000 unit.

b.     Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang berubah-ubah sesuai dengan perolehan keadaan dalam suatu periode. Modal Kerja ini dibagi menjadi 3 yaitu:


1.     Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan musim.


2.    Modal Kerja Siklus (Cylical Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi kontinyunitas produk.


3.     Modal Kerja Darurta (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya brubah-ubah dan penyebabnya tidak diketahui sebelumnya (misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok, huru-hara dan sebagainya) 


   Pentingnya modal keja

    1. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan efisien 
    2. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit ke langganan 
    3. Memungkinkan perusahaan mempunyai persediaan dalam jumlah yang cukup 
    4. Memungkinkan perusahaan dapat memenuhi kewajibanya tepat waktu 
    5. Melindungi perusahaan dari krisis modal kerja

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja
  1. Sifat atau type perusahaan
  2. Waktu proses produksi
  3. Waktu perolehan bahan
  4. Syarat pembelian bahan
  5. Syarat penjualan barang
  6. Tingkat perputaran persediaan.

Sumber modal kerja
•        Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
  1. Hasil operasi perusahaan
  2. Keuntungan penjualan surat berharga
  3. Penjualan aktiva tidak lancar
  4. Penjualan saham atau obligasi
  5. Adanya kenaikan sektor modal dan hutang
  6. Adanya penurunan sektor aktiva tetap


BREAK EVEN POINT

1.Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)

            Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
2. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)

            Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
·         Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
·         Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
·         Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
·         Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

3. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas)

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)
            Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)
            Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

3. Semi Varibel Cost
            Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
4. Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas

• Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
BEP = Fixed Cost / (1-(Sales price/unit / – variabel cost/unit)) = Rp……… (rumus 2)
Formulasi break even point yang dikembangkan:
            Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP – TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost

CONTOH KASUS
Efek Penambahan Faktor Terhadap BEP

A.    Harga jual
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar  300.000. Biaya variabel per unit 40. Harga jual perunit naik dari 100 menjadi 160. Kapasitas produksi maksimal 10.000. Hitunglah BEP (Q)!
Jawab:
BEP (Q)    = 300.000 = 300.000
                                    160 – 40       120
                                    = 2.500 unit

BEP (Rp)  =    300.000     
                                    1 –  400.000
                                    1.600.000
                                    = 400.000
SOLUSI
            Hasil dari contoh soal di atas adalah 2500 untuk Q nya dan dalam Rupiah, BEP bernilai Rp. 400.000. Bila harga jual dinaikkan maka BEP-nya akan turun.



SUMBER TUGAS :



Sabtu, 09 April 2016

Tulisan 2 - Analisis Rasio Lapora Keuangan



    Dalam artikel sebelumnya, saya menjelaskan tentang pengertian Analisis Rasio Keuangan beserta jenis dan contoh kasus nya. Namun di bawah ini saya akan menjelaskan bagaimana sih metode perhitungan rasio-rasio keuangan? Berikut penjelasan nya serta apa keterbatasan rasio keuangan…


RASIO
METODE PERHITUNGAN
INTERPRESTASI
RASIO LIKUIDITAS
  1. Current ratio
Aktiva Lancar : Utang Lancar
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
  1. Cash ratio
(Kas + Efek) : Utang Lancar
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
  1. Quick ratio
(Kas+Efek+Piutang) : Utang Lancar
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets).
  1. Working capital to total assets ratio
(Aktiva Lancar-Utang Lancar) : Jumlah Aktiva
Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (neto).
RASIO LEVERAGE
  1. Total debt to Equity ratio
(Utang Lancar+Utang JK PJ) : Jumlah Modal Sendiri
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang.
  1. Total debt to total capital Assets
(Utang Lancar+Utang JK PJ) : Jumlah Modal/Aktiva
Beberapa dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang.
Atau
Berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
  1. Long term debt to Equity ratio
Utang JK PJ : Modal Sendiri
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang.
  1. Tangible assets debt coverage
(Jml Aktiva-Intangibles-Utang Lancar) : Utang JK PJ
Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya.
  1. Times interest earned raatio
EBIT : Bunga Utang JK PJ
Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
RASIO AKTIVITAS
  1. Total assets turnover
Penjualan Netto : Jumlah Aktiva
Kemampuan dana yang tertanan dalam keseluruhan aktiva berputer dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan “revenue”.
  1. Receivable turnover
Penjualan Kredit : Piutang Rata-rata
Kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
  1. Average collection periode
(Piutang Rata-rata X 360) : Penjualan Kredit
Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
  1. Inventory turnover
HPP : Inventory Rata-rata
Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya “overstock”
  1. Average day’s inventory
(Inventory Rata-rata X 360) : HPP
Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang berada di gudang.
  1. Working capital turnover
Penjualan Netto : (Aktiva Lancar – Utang Lancar)
Kemampuan modal kerja(neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
RASIO KEUNTUNGAN/PROFITABILITAS
  1. Gross profit margin
(Penjualan Netto – HPP) : Penjualan Netto
Laba bruto per rupiah penjualan.
  1. Operating income ratio
(Penjualan Netto – HPP – Biaya Adm, Penjualan, Umum) : Penjualan Netto
Laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
  1. Operating ratio
(HPP + Biaya adm, Penjualan, Umum) : Penjualan Netto
Biaya operasi per rupiah penjualan.
  1. Net profit margin
Laba Netto sesudah pajak : Penjualan Netto
Keuntungan netto per rupiah penjualan.
  1. Earning power of total investment
EBIT : Jumlah Aktiva
Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
  1. Net earning power ratio
Laba Netto sesudah pajak : Jumlah Aktiva
Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
  1. Rate or return for the owners
Laba Netto sesudah pajak : Jumlah Modal Sendiri
Kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

KETERBATASAN ANALISIS RASIO KEUANGAN
  1. Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsirannya dan bahkan dapat dimanipulasi.
  2. Seorang manajer keuangan harus berhati – hati dalam penilaian apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk dalam penilaian gabungan tentang sebuah perusahaan, berdasarkan suatu kumpulan rasio – rasio.
  3. Kecocokan dengan rasio gabungan industri bukan suatu jaminan bahwa perusahaan tersebut sedang berjalan normal dan dipimpin dengan baik.
  4. Dalam menganalisis setiap rasio, angka – angka yang diperoleh dan perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio tersebut akan berarti bila setidaknya satu dari dua hal ini dipenuhi 1)Adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang hampir sama; 2)Adanya analisis kecenderungan (trend) dari setiap rasio pada tahun – tahun sebelumnya.
  5. Pencapaian target sesuai dengan rata rata industri tidak menunjukkan kinerja perusahaan  yang baik. Kebanyakan perusahaan justru menginginkan tingkat yang lebih baik dari rata – rata industri. Oleh karena itu lebih tepat jika difokuskan pada industry leader’s ratios..